Jumat, 11 Desember 2009

The Power Of Motivation


Berbicara soal motivasi, dewasa ini tampaknya berkembang suatu gejala yang cukup mengkhawatirkan para pendidik, yakni adanya krisis motivasi pada siswa. Gejala yang ditunjukkannya antara lain: berkurangnya perhatian untuk belajar, kelalaian dalam mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah, menunda persiapan ujian, serta pandangan "asal lulus" atau "asal naik kelas".

Motivasi merupakan proses yang memberikan semangat dan arah pada perilaku. Artinya, perilaku tersebut penuh dengan energi, terarah, dan bertahan lama. Motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah, dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Sebaliknya, jika murid mencoba menghadapi tantangan dalam proses pembelajarannya, dan terus berjuang untuk mengatasi rintangan tersebut, maka dia mempunyai motivasi yang besar.

Di dalam psikologi terdapat empat perspektif yang menjelaskan motivasi, yaitu:
  1. Perspekif Behavioral, yang lebih menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
  2. Perspektif Humanistik, menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti kepekaan terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan hierarchy of need dari Maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
  3. Perspektif Kognitif, yang lebih mengarah pada pemikiran murid yang akan memacu motivasi mereka. Hal ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif.
  4. Perspektif Sosial, menekankan pada hubungan dengan orang lain yang membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan murid akan hal ini dapat tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Motivasi pada umumnya terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik mengarah pada dorongan-dorongan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain (atas kemauan sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Sedangkan motivasi ekstrinsik, merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan hal lainnya di luar diri siswa yang bersangkutan. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian agar memperoleh hadiah dari orangtuanya.

Kondisi malas, kurang bergairah atau kurang barhasrat dapat disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar. Motivasi dalam hal ini bisa diartikan sebagai suatu disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Jika siswa memiliki motivasi untuk berprestasi, diharapkan prestasi akademik siswa akan baik, karena motivasi dapat memberikan arah dan tujuan pada kegiatan belajar serta mempertahankan perilaku berprestasi dan mendorong siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar.


Referensi:
Hawadi, R. A. (2004). Psikologi perkembangan anak: Mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak. Jakarta: Grasindo.

Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar